Seperti yang sudah sering kukatakan, menulis adalah pekerjaan setelah membaca. Kita tidak akan bisa menulis andai tidak membaca. But I never read any single book again! And it makes me frustrated!
Ya, aku yang dulu sering mencuri-curi baca di atas genteng rumah hanya karena takut ketahuan Ibu ketika membaca, aku yang rela menghabiskan jatah uang saku mingguan demi sebuah buku (yang tentu saja dibaca), aku yang menjadi pengunjung perpustakaan sekolah paling rajin, aku yang bisa memamah paling sedikit tiga buku dalam waktu seminggu. Ya, aku yang itu. Kemana perginya aku yang itu?
Sekarang, setelah waktu luang yang panjang, aku seolah disibukkan dengan khayalan-khayalan. Setelah segala akses dibukakan, aku malah lebih sering berselancar di dunia maya. Jika saja modem tak memudahkan untuk urusan tulis-menulis, mungkin sudah kujual dari dulu karena dengan adanya modem, aku selalu tergoda untuk nongkrong di twitter, bengong di FB. But at least, I still write any kind of story (usaha membela diri).
Ngomong-ngomong soal rezeki, ternyata selalu ada saja uang untuk membeli buku, dan selalu saja ada ruang untuk diberi buku. And you know what? I turn into a collector rather than a reader. Damn!
Untuk memupus rasa bersalah sekaligus pengakuan dosa dan penyemangat agar aku lebih rajin membaca, maka dengan putus asa aku mengumpulkan semua buku dan membuat daftarnya. Herewith the list, the fucking list:
-
The Untold Sories (Kumpulan cerpen) - Ratna Ayu B
Baru sampai halaman 37.
-
Supernova; Partikel (Novel) - Dee Lestari
Baru beberapa halaman. Tapi sepertinya novel ini akan kutuntaskan dan kubuat resensinya. Tunggu saja.
-
Soliloquy (Novel) - Rimura Arken
Hal 48
-
Jam Malam Kota Merah (Kumcer) - Toni Lesmana
Utuh tak tersentuh.
-
Aku Bisa Nulis Cerpen (Nonfiksi) - Joni Ariadinata
Halaman 15.
-
Tunggu Aku di Ulegle (Novel) - Teguh Winarsho
Entah hal berapa dan pada akhirnya menyerah.
-
The Road to Freedom (Nonfiksi) - Absurditas Malka
Halaman 19.
-
Anak Nakal Atau Banyak Akal (Nonfiksi) - Skylashtar Maryam, dkk
Entahlah.
-
Ptolemy’s Gate (Novel) - Jonathan Stroud
Baru tiga bab.
-
Love Asset (Novel) - WSC’s writer
Utuh tak tersentuh
-
Negeri 5 Bahlul (Novel) - Hendra Purnama
Halaman 7.
-
Dewi Kawi (Novel) - Arswendo Atmowiloto
Utuh tak tersentuh.
-
Bingkai Rindu Samara (Nonfiksi) - Skylashtar Maryam dkk.
Nggg….
Daftar di atas itu baru buku-buku yang sempat aku pisahkan, belum lagi buku-buku yang terselip di dalam kardus. Belum lagi segerobak buku puisi Soni Farid dan entah buku puisi siapa lagi. Juga ada buku Ernest Hemingway, Pearl S. Buck, dan Mark Twain yang entah ada di mana, masih fresh dari toko buku tapi aku lupa tempat menyimpannya. Hiks. Jadi, kalau ditotal-total nih, ada kali sekitar 25 buku yang sudah aku beli dan sama sekali tidak aku baca. What the heck pisan lah.
Dengan begini kadang aku geram pada diri sendiri yang pemalas dan pemulas. Padahal, as we know each other, reading is the key to perfect writing (bener enggak sih bahasa Inggris gue?). Ya gitu deh maksudnya mah, bahwa membaca adalah kran-kran inspirasi itu sendiri.
Apakah kebebalan ini dikarenakan aku terlalu sibuk ataukah karena aku terlalu rajin menulis? Mungkin iya, tapi yang jelas mah tidak. Sibuk adalah alasan utopis dan berkesan hanya mencari alasan seperti judul lagu Malaysia jaman aku SMP dulu. Banyak menulis juga sebaiknya tidak dijadikan dalih untuk berhenti membaca karena walau bagaimanapun membaca dan menulis adalah kembar siam. Oke, oke. Blame myself then.
Menyambut bulan Juni yang penuh berkah nanti (naon sih?), aku akan membuat resolusi yang isinya kira-kira begini; read all that books or never buy a book again. Nah, itu kata-kata yang lumayan mengancam sepertinya. Dua puluh lima buku dalam satu bulan? Is that will kill me slowly? No, It won’t. I’ll wake up on July with half empty brain, not half full brain.