Resensi Kubah

Resensi Kubah Ahmad Tohari
Foto: Salwa
  • Judul: Kubah
  • Penulis: Ahmad Tohari
  • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
  • Tebal: 211 halaman
  • ISBN: 978-979-22-8774-5
  • Harga: -
  • Rating: 5/5

Berlatarkan peristiwa pasca tragedi 1965, Kubah menyajikan kisah yang pilu. Menggambarkan seberapa besar pengaruh tragedi 1965 terhadap masyarakat dan anggota partainya itu sendiri.

Novel Kubah karya Ahmad Tohari bercerita tentang perjalanan seorang mantan tahanan politik yang diasingkan selama dua belas tahun, Karman namanya.

Dahulu, masa kecil Karman dipenuhi iman penuh terhadap Tuhan. Namun semuanya berubah ketika ia mendapatkan doktrin dari Margo dan Triman yang merupakan orang partai.

Karman meninggalkan ibadah. Karman menjauhi ajaran Tuhan. Karman mengkhianati agama yang sudah ia peluk sedari dulu. Karman berubah.

Kutipan dari buku Kubah yang paling membekas di ingatan saya adalah, “Untuk mendasari upaya penyembuhan jiwamu, kau harus memulai dari kepercayaan. Ya, kepercayaan bahwa ada kekuatan besar yang berkuasa atas dirimu. Kekuatan itu mengatasi apa saja yang ada padamu,” ucap Kapten Somad (halaman 25).

“Hai jiwa yang tenteram, yang telah sampai kepada kebenaran hakiki. Kembalilah engkau ke pada Tuhan. Maka masuklah engkau ke dalam barisan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah engkau ke dalam kedamaian abadi, di surga-Ku.” (Halaman 210)

Salah satu alasan saya menyukai Kubah karena novel ini refleksi nyata dari kutipan yang saya letakkan di dinding kamar, “And no matter far you strayed from Allah, he will always welcome you back with more love than anyone else ever could, if you put him above all else."

Salwa Isheeqa

Pelajar dan pembaca.