Out, Setiap Orang Bisa Menjadi Pembunuh

Resensi novel Out
  • Judul: Out
  • Penulis: Natsuo Kirino
  • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2007
  • Tebal: 576 halaman
  • ISBN: 979-22-2760-1
  • Harga: Pinjam dari Uthe
  • Rating: 3/5

Di daerah pinggiran Tokyo, empat wanita bekerja shift malam di pabrik makanan kotak. Beban hidup yang berat dan utang menumpuk membuat Yayoi, salah satu dari mereka, tak tahan lagi. dia membunuh suaminya yang penjudi dan suka main perempuan, kemudian meminta bantuan pada Masako, teman sekerjanya yang paling karib. Masako bersedia membantu, dan bersama wanita-wanita lainnya, mereka menyingkirkan mayat itu. Ketika bagian-bagian tubuh mayat ditemukan, polisi mulai melacak pembunuhnya.

Tapi bukan hanya polisi yang mengejar mereka, melainkan juga musuh-musuh yang sangat berbahaya—seorang lintah darat yang berkaitan dengan yakuza dan mengetahui rahasia mereka, serta seorang pemilik kelab malam yang kejam, yang dituduh sebagai pembunuh oleh polisi. Akibatnya dia kehilangan segala harta miliknya, dan kini dia berniat membalas dendam.


Setelah selesai membaca novel ini, saya menemukan fakta mengerikan; para pengarang dan sineas Jepang ternyata lebih ‘sakit’ daripada para pengarang dan sineas dari negara manapun. Natsuo Kirino hanyalah satu dari pengarang Jepang yang menulis dalam genre yang sama. Jepang punya Ryunosuke Akutagawa, cerpennya Lukisan Neraka mampu menghadirkan mimpi buruk bagi pembacanya, entah karena cara dia menulisnya, atau karena imaji itu sendiri begitu meresap sehingga kengerian yang dihadirkan begitu menghantui. Jepang juga punya Shoji Shimada dengan The Tokyo Zodiac Murders-nya yang bisa dengan mudah menyaingi novel-novel Agatha Christie. Saya juga tidak akan lupa bahwa film-film horor paling menakutkan berasal dari para sineas yang sama; Jepang. Anda tentu masih ingat mimpi buruk yang dihadirkan oleh The Ring.

Saya sebetulnya ingin mengatakan, beginilah seharusnya sebuah novel thriller ditulis. Tapi rasanya agak mengkhawatirkan jika novel-novel seperti Out makin banyak beredar di pasaran. Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan literasi, Out memang benar-benar menakutkan.

Karena sudah terlanjur membandingkan novel-novel para pengarang Jepang dengan negara lain yang menulis genre sejenis, jadi sebaiknya saya membuat semacam analisis komparasi.

Langit Amaravati

Web developer, graphic designer, techno blogger.

Peminum kopi fundamentalis. Hobi membaca buku fiksi fantasi dan mendengarkan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, menulis cerpen, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.