- Judul: Penyihir di Sebelah Rumah
- Penulis: Keith McGowan
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Juni 2012
- Penerjemah: Tanti Lesmana
- Tebal: 192 halaman
- ISBN: 978-979-22-8550-5
- Harga: 35 ribu
- Rating: 3/5
Solomon Blink (11 tahun) dan adiknya Constance Blink (8 tahun) pindah ke kota bernama Schoneberg di pertengahan musim panas pada bulan Agustus. Sol adalah seorang anak cerdas dan sangat tertarik dengan segala sesuatu yang berbau ilmiah sedangkan adiknya Connie lebih tertarik kepada binatang peliharaan dan sangat menyayangi berbagai macam hewan.
Di hari kepindahannya, mereka bertemu dengan seorang perempuan tua bernama Fay Holaderry dan anjingya Swift. Swift menggigit sepotong tulang, Sol tahu bentuk-bentuk susunan tulang hewan dan yakin bahwa tulang yang dibawa Swift itu bukanlah tulang hewan melainkan tulang manusia. Maka setelah pulang dari taman bermain, Sol mengajak Connie ke sebuah perpustakaan di kota Schoneberg dan tahu dari buku yang ditemukannya bahwa tulang yang dibawa Swift itu adalah tulang paha manusia.
Sol tidak menceritakan hal itu kepada Connie karena tidak ingin membuat adiknya ketakutan. Tetapi akhirnya, misteri sepotong tulang itu membawa keduanya ke dalam misteri yang lebih dalam. Tentang siapa sebetulnya Fay Holaderry dan apa yang dilakukannya. Misteri itu ibarat kartu domino, yang satu terbuka dan yang lainnya terbuka, termasuk misteri tentang orang tua mereka.
Buku dibuka dengan kutipan cerita Hansel dan Gretel yang melegenda sehingga belum apa-apa sudah menggiring pembaca kepada si penyihir pemakan anak-anak. Kemudian diikuti oleh buku harian si penyihir yang mengatakan bahwa ia suka sekali memakan anak-anak. Teror sudah dimulai bahkan di bagian awal.
Gaya bercerita Keith yang begitu lancar tanpa banyak metafora dan diksi-diksi yang sulit menjadikan buku ini begitu sederhana; enak dibaca dan mudah dicerna. Tapi saya sendiri merasa ragu, apakah buku ini memang cocok untuk anak-anak atau tidak mengingat ada seorang penyihir yang suka memakan mereka. Hahaha.
Dari segi cerita, buku ini bisa disandingkan dengan film-film petualangan anak-anak khas Amerika. Memang tidak sedahsyat Home Alone atau Baby Day Out, tapi memang cocok untuk film keluarga. Sayangnya buku ini tidak cocok untuk dibacakan sebagai dongeng sebelum tidur karena akan membuat anak-anak bermimpi buruk. Walaupun petualangan-petualangan di dalamnya tidak terlalu rumit dan liar, tapi tetap saja anak-anak harus didampingi ketika membacanya.
Berbeda dengan buku petualangan anak-anak sejenis, misalnya Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken karya Jostein Gaarder dan Klaus Hagerup, buku ini masih memiliki dikotomi hitam dan putih. Bahwa di dunia ini ada orang jahat dan ada orang baik. Dan anak baik akan selalu mendapatkan pertolongan. Selain itu, banyak hal positif yang bisa digali. Persaudaraan, pertemanan, kejujuran, kerjasama, pantang menyerah, dan tentu saja kepercayaan.
Dari sisi visual, Penyihir di Sebelah Rumah juga disertai ilustrasi karya Mas eMTe, menjadikannya tidak begitu membosankan. Pemilihan jenis huruf, ukuran, dan tata letak secara keseluruhan memang cocok sekali untuk anak-anak. Membuat nyaman ketika dibaca. Desain sampulnya pun memberi kesan hangat. Overall, membaca buku ini seperti memakan kue karamel dengan rasa manis yang pas.