Ramuan Ajaib Penyelamat Negeri, Seperti Inilah Seharusnya Cerita Anak Ditulis

Resensi Ramuan Ajaib Penyelamat Negeri
Foto: Langit
  • Judul: Ramuan Ajaib Penyelamat Negeri (Petualangan Rima dan Rimba)
  • Penulis: Dwi Sasetyaningtyas
  • Ilustrator: Emmanuelle Elizabeth
  • Penerbit: Little Quokka, 2021
  • Tebal: 42 halaman
  • ISBN: 978-623-96040-8-0
  • Harga: 92 ribu (harga PO)
  • Rating: 4/5

Di sebuah negeri bernama Loh Jinawi, tanahnya subur dan rakyat hidup makmur. Semua itu berkat ramuan ajaib yang dibuat oleh Empu Tantu. Hingga pada suatu hari, Empu Tantu pergi dari Loh Jinawi untuk menyelesaikan sebuah urusan di negeri seberang.

Tanpa ramuan ajaib yang dibuat Empu Tantu, negeri Loh Jinawi mulai gersang. Tanaman mati, tanah tak subur lagi, dan para penduduk terancam kelaparan karena tak ada lagi sayur dan buah untuk dipanen.

Rima dan Rimba berusaha mencari Empu Tantu. Pencarian itu membawa mereka ke sebuah petualangan untuk membuat ramuan ajaib yang dapat menyelematkan negeri mereka.

Tema dan Value

*Sampul Ramuan Ajaib Penyelamat Negeri*

Sampul Ramuan Ajaib Penyelamat Negeri

Sebagai seorang ibu, saya sangat selektif dalam memilihkan cerita anak untuk Aksa (7 tahun). Semua asupan baik itu edukasi maupun sekadar hiburan dipilah dan dipilih. Banyak cerita anak, terutama cerita rakyat Indonesia, tidak lolos seleksi saya.

Itu sebabnya saya menyambut gembira kehadiran cerita anak Ramuan Ajaib Penyelamat Negeri yang ditulis Dwi Sasetyaningtyas (Tyas). Meskipun sudah membaca blurb-nya sebelum membeli, tetapi begitu buku ini datang saya tak langsung membacakannya untuk Aksa. Harus saya dulu yang baca alias diseleksi.

Kegembiraan saya bertambah setelah selesai membaca. Ya, Ramuan Ajaib Penyelemat Negeri dinyatakan LOLOS SELEKSI!

Buku ini mengambil tema yang cukup sederhana: menjaga lingkungan. Tidak ada konflik anak baik dan anak jahat, tak ada orang tua kejam, juga tak ada monster atau siluman.

Terkait tema menjaga lingkungan yang diusung Ramuan Ajaib Penyelamat Negeri, seperti sinopsis yang saya sampaikan di awal, buku ini menceritakan petualangan kakak beradik (atau kembar?) Rima dan Rimba yang berusaha menyelamatkan negeri mereka dari bahaya kekeringan dan tanah yang tak subur lagi. Petualangan itu membawa mereka ke perjalanan membuat ramuan ajaib dengan tangan mereka sendiri.

Tema seperti ini saya kira jauh lebih penting disampaikan pada anak daripada tema-tema enggak jelas. Ini akan membantu membentuk karakter anak. Jika disampaikan sedini mungkin, pengaruhnya akan lebih besar. Bukan hanya untuk karakter anak, tetapi juga untuk keberlangsungan Bumi, planet yang tengah kita tinggali.

Gaya Bahasa

*Aksa sedang (berpura-pura) membaca.*

Aksa sedang (berpura-pura) membaca.

Setiap cerita anak, apa pun temanya, tentu ada value-value atau nilai yang berusaha ditanamkan. Bedanya, tidak semua penulis melakukannya dengan cara yang “benar”. Tyas, sang penulis, melakukan pendekatan yang tepat menurut saya.

Nilai-nilai tersebut disampaikan dengan cara persuasif dan tersirat. Dengan gaya bahasa yang tidak terlalu sulit tetapi juga tak meremehkan inteligensi anak.

Hanya satu kalimat yang menurut saya agak ribet.

“Kami di sini untuk membantumu dengan ramuan ajaib! Namun tidak, sampai kamu memberi tahu kami cara membuatnya,” kata Rimba.

Selebihnya, kami -saya dan Aksa- menikmati ketika membaca buku ini.

Ilustrasi

*Kegiatan mencari benda-benda.*

Kegiatan mencari benda-benda.

Membahas buku anak tentu tak lengkap tanpa membicarakan ilustrasinya. Ilustrasi dan sampul buku dibuat oleh Emmanuelle Elizabeth (Emma). Cantik sekali. Dengan nuansa warna kecokelatan, cocok sekali dengan tema secara keseluruhan.

Selain cerita, ada juga beberapa halaman berisi permainan, anak-anak diminta untuk mencari benda-benda yang dibutuhkan untuk membuat ramuan ajaib. Di akhir buku ada juga resep untuk membuat “ramuan ajaib” kita sendiri dan bisa dipraktikkan di kehidupan sehari-hari.

Ada satu halaman ilustrasi yang meletupkan pertanyaan.

Aksa: Lho, ini airnya mengalir ke mana? Ke rumah-rumah? Nanti banjir, dong.


Secara keseluruhan, ini buku yang sangat saya rekomendasikan. Walau tak ada keterangan usia, tapi menurut saya cocok dibacakan pada anak 0-8 tahun. Untuk anak prasekolah atau yang sedang belajar membaca, buku ini juga cocok sebagai stimulasi agar mereka belajar membaca sendiri.

Saya tunggu petualangan Rima dan Rimba di buku selanjutnya.

Langit Amaravati

Web developer, graphic designer, techno blogger.

Peminum kopi fundamentalis. Hobi membaca buku fiksi fantasi dan mendengarkan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, menulis cerpen, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.

Artikel Menarik Lainnya: